Integrasi Sapi–Sawit, Manfaatkan Lahan Untuk Pengembangan Ternak


Negara Indonesia dikenal sebagai negara dengan perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia. Berdasarkan perkiraan dari Direktorat Jenderal Perkebunan Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2022 adalah 14, 9 juta Ha. Peternakan sapi dan perkebunan kelapa sawit erat kaitannya dan dapat menjadi sumber pakan ternak sapi yang berasal dari daun dan pelepah kelapa sawit, rumput yang tumbuh di sekitar lahan perkebunan kelapa sawit, serta limbah pengolahan kelapa sawit, yaitu bungkil dan lumpur sisa pengolahan kelapa sawit.

Berangkat dari dasar itu, munculah sebuah program yang disebut Sistem Integrasi Kelapa Sawit dan Sapi (SISKA). Hal tersebut itdak lepas dari besarnya potensi sumber bahan baku pakan ternak sapi yang ada pada perkebunan kelapa sawit. Tentunya kegiatan integrasi sawit-sapi diharapkan dapat menjadi salah satu solusi bagi pencapaian swasembada daging sapi nasional. Di Indonesia sendiri sejumlah wilayah memeliki luas perkebunan sawit yang potensial. wilayah ini juga disebut sebaga provinsi sentra perkebunan kelapa sawit di Indonesia,  antara lain yaitu di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Selatan.


Menurut Novra, menyediakan ternak sapi siap potong melalui unit usaha penggemukan dan ternak sapi bibit sebar melalui unit usaha pembibitan (breeding) merupakan tujuan dari usaha pengembangan integrasi kelapa sawit dengan sapi potong. Selain itu, kegiatan integrasi juga memiliki tujuan lain, diantaranya pemanfaatan limbah perkebunan kelapa sawit terutama pelepah sawit untuk pakan ternak. Pemanfaatan limbah kotoran sapi sebagai pupuk organik yang berguna bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Pemanfaatan luas areal untuk pengembangan usaha peternakan yang produktif dan terakhir terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat sekitar lokasi pengembangan usaha integrasi sawit sapi baik sebagai penjaga ternak, pembuat pakan, dan pembuat pupuk organik, sehingga bisa meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Hal itu tertuang dalam karya ilmiah Novra A (2012) tentang Study Kelayakan Usaha Integrasi Sawit-Sapi di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero). Pustaka Ardi.

Baca Juga : https:Mengenal Beefmaster Sapi Perkawinan Silang

Pada proses integrasi sapi-sawit terdapat 3 model yang kerap dilakukan pada system peternakan ini. Antara lain yakni, Model intensif adalah jenis pemeliharaan yang dilakukan dengan cara mengandangkan sapi baik di lahan maupun di luar perkebunan kelapa sawit, dimana pakan ternak diperoleh dari perkebunan itu sendiri.

Selanjutnya, Model semi intensif dilakukan dengan cara menggembalakan sapi secara terkendali di lahan perkebunan kelapa  sawit, dari pagi biasanya pukul 07.00 wib sampai dengan sore hari pukul 17.00 wib, dan malam hari dikandangkan. Terakhir, Model ekstensif, pemeliharaan dilakukan secara terkendali yaitu ternak sapi dikandangkan sepanjang hari di sekitar perkebunan. Model pemeliharaan ini diketahui lebih efektif karena mampu menghemat tenaga kerja hanya saja kurang efektif apabila diterapkan pada pemeliharaan sapi skala menengah. Tulis Maya Sari & Firman R.L. Silalah (2022) pada jurnalnya berjudul, Analisis Usahatani Integrasi Sapi - Sawit di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.


Baca Juga : Menarik Seputar Sapi Bx, Sapi Favorit Peternak



 

Komentar

Postingan Populer